Tengah berngi Simbages

Rabu, 16 Februari 2011

MASALAH SOSIAL YANG ADA DI MASYARAKAT




Definisi/Pengertian Masalah Sosial dan Jenis/Macam Masalah Sosial Dalam Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor ekonomi Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

Masalah sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah membuat peraturantentangakan memberi denda pada orang yang bersedekah pada pengemis, dan pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dibuat yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Masalah sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita kemiskinan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hamper di setiap sudut kota.Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman masayarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.
MACAM - MACAM MASALAH SOSIAL YANG ADA di INDONESIA :
1.Masalah Sosial Kemiskinan

Tulisan ini mencoba untuk memberikan penjelasan tentang latar belakang terjadinya kemisikinan di Indonesia secara umum dan kota Jakarta secara khususnya, dan upaya untuk mengatasi kemiskinan di perkotaan sekaligus pula untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin.
Pendekatan konvensional yang paling popular dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah menggusur pemukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.
Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat yang telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur secara paksa adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak akan pernah berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi pemukimannya yang baru dan penggusuran secara paksa bahkan
sampai dengan adanya unsure anarkisme itu adalah melanggar hak asasi manusia yang paling hakiki dan harus dihormati bersama.
Di Amerika Serikat, pendekatan peremajaan kota sering digunakan pada tahun 1950 dan 1960-an.2Pada saat itu pemukiman-pemukiman masyarakat miskin di pusat kota digusur dan diganti dengan kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih baik. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.
Peremajaan kota yang dilakukan pada saat itu sering kali disesali oleh para ahli perkotaan saat ini karena menyebabkan timbulnya masalah sosial seperti kemiskinan perkotaan yang semakin akut, gelandangan dan kriminalitas. Menyadari kesalahan yang dilakukan masa lalu, pada awal tahun 1990-an kota-kota di Amerika Serikat lebih banyak melibatkan masyarakat miskin dalam pembangunan perkotaannya dan tidak lagi menggusur mereka untuk menghilangkan kemiskinan di perkotaan.
Kalau diIndonesia, paling sedikit kami menemukan dua masyarakat miskin di Jakarta yang melakukan aktivitas hijau untuk meningkatkan kualitas lingkungan sembari menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin. Seperti dapat ditemui di Indonesia’s Urban Studies, masyarakat di Penjaringan, Jakarta Utara dan masyarakat kampung Toplang di Jakarta Barat mereka mengelola sampah untuk dijadikan kompos dan memilah sampah nonorganik untuk dijual.
Aktivitas hijau di Penjaringan, Jakarta Utara dilakukan melalui program Lingkungan Sehat Masyarakat Mandiri yang diprakarsai oleh Mercy Corps Indonesia. Masyarakat miskin di Penjaringan terlibat aktif tanpa terlalu banyak intervensi dari Mercy Corps Indonesia. Program berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan kumuh di Penjaringan. Masyarakat di Penjaringan sangat antusias untuk melakukan kegiatan ini dan mereka yakin untu mampu mendaurlang sampah di lingkungannya dan menjadikannya

sebagai lapangan pekerjaan yang juga akan berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di lingkungannya.
Cara untuk mengatasi kemiskinan dan rendahnya kualitas lingkungan permukiman masyarakat miskin adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan.
Aktivitas hijau3seperti yang dilakukan oleh masyarakat Penjaringan dan Kampung Toplang merupakan bukti kuat bahwa masyarakat miskin mampu meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan juga mengentaskan kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya untuk digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan pemukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran.
Lain lagi kemiskinan yang terjadi di masyarakat Flores, bagi masyarakat Flores kemiskinan merupakan sebuah fakta. Ini muncul dalam berbagai aspek dan bentuk kehidupan masyarakat sehingga menjadi sebuah persoalan yang pelik dan serius. Menyoal kemiskinan, lantas membedahnya dan menemukan solusi pengentasannya bagai mengurai benang kusut yang sangat rumit untuk diselesaikan.
Secara alamiah daerah Flores termasuk daerah yang gersang dan tandus. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena fakta membuktikan curah hujan yang rendah dan musim panas yang panjang. Problem alamiah ini diperparah dengan keadaan geografis Flores yang tergolong rentan akan bencana alam. Berangkat dari latar belakang ini, sebetulnya keadaan sosial-ekonomi masyarakat Flores sudah bisa diukur. Hampir sebagian besar masyarakat Flores bertani secara musiman, dan amat tergantung pada hasil pertanian jangka panjang. Sementara yang menetap di pesisir pantai menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan laut. Dari sini dapat diukur kemampuan ekonomi rata-ratanya, bahwa pendapatan perkapita sangat rendah dan masih terbilang berada di bawah garis kemiskinan.
Mempersoalkan kemiskinan Flores dari latar belakang geografis dan juga topografis masih terbilang wajar, dan itu tidak terelakkan. Lantas, untuk mengelak dari keadaan yang demikian, separuh kaum muda baik laki-laki maupun perempuan.

MASALAH SOSIAL DIKALANGAN REMAJA
Pengenalan
Belakangan ini terlalu banyak diperkatakan isu yang berkaitan dengan masalah sosial yang melibatkan remaja. Pelbagai andaian, hujah, cadangan, program dan aktiviti bagi menangani masalah sosial ini diutarakan. Perlakuan sosial yang negatif dalam bentuk devian sosial tidak seharusnya merupakan satu petunjuk ke atas kelemahan masyarakat untuk membudayakan pembangunan secara positif yang berteraskan prinsip dan nilai-nilai murni kemanusiaan serta agama.
Pengertian masalah sosial remaja
Secara umumnya masalah sosial merangkumi berbagai perlakuan negatif anggota masyarakat yang tidak membawa sokongan dan keuntungan kepada kekuatan sistem dan struktur ekonomi yang diamalkan dalam sesuatu masyarakat ataupun negara.
Secara perundangan tidak terdapat definisi yang khusus bagi mengkategorikan remaja. Akta Pekerjaan Kanak-Kanak dan Orang Muda 1996 mentakrifkan seorang kanak-kanak adalah mereka yang berada dalam lingkungan umur 10 hingga 14 tahun. Dalam Akta Pengangkatan 1952, kanak-kanak didefinisikan mereka yang berumur 21 tahun ke bawah. Walaupun setiap akta ini tidak menjelaskan peringkat umur tertentu, secara umumnya dalam membicarakan masalah remaja, golongan remaja yang perlu ditumpukan adalah yang berumur di bawah 21 tahun dan sebahagian besar daripada mereka masih dalam alam persekolahan.
Statistik Gejala Sosial Remaja
Di Malaysia, remaja merangkumi lebih daripada separuh keseluruhan penduduk. Oleh kerana bilangannya yang ramai, maka masalah yang berkaitan dengan kelompok ini juga banyak.
Data dan statistik banyak menunjukkan keruntuhan akhlak di kalanagan remaja di negara ini adalah semakin serius. Mengikut Pihak Berkuasa Jenayah Bukit Aman (Berita Harian, 22 September 1993) antara tahun 1990 dan 1992 sahaja, seramai 37602 individu ditahan bagi kesalahan jenayah harta benda serta kekerasan. Daripada jumlah ini, seramai 3450 atau 9.17% adalah remaja dan dalam kalangan remaja yang diberkas pula, kesalahan yang dilakukan boleh dibahagikan kepada jenayah kekerasan dan harta benda.
Perangkaan polis menunjukkan, antara kes jenayah yang selalu dilakukan oleh remaja adalah pecah rumah, rusuhan, pergaduhan sesama mereka, salah guna dadah, mencuri basikal atau motosikal (Utusan Malaysia, Januari 1992).
Jenayah yang dilakukan oleh remaja bukan hanya berlaku di kawasan bandar raya atau bandar-bandar besar sahaja, malah di merata tempat di seluruh pelusok negara. Sebagai contoh, di Kedah sahaja, sebanyak 307 kes jenayah berlaku sepanjang tahun 1991. Daripada jumlah itu, 73 kes membabitkan pelajar sekolah. Mengikut pembahagian kaum, seramai 204 kes melibatkan kaum Melayu, 54 remaja Cina dan 47 adalah remaja kaum India.
Berdasarkan statistik, kes melibatkan remaja jelas meningkat antara tahun 1990 dan 1992. Pada tahun 1990, sebanyak 657 kes dicatatkan, diikuti 830 kes pada tahun 1991 dan 1487 kes pada tahun 1992.
Satu lagi kesalahan yang melibatkan remaja adalah lari atau hilang dari rumah. Pada tahun 1990, terdapat 1578 kes, 1991 (1981 kes), 1992 (2221 kes) dan 1993 (1485 kes).
Dari segi jenayah melibatkan bahan berbahaya seperti dadah psikoaktif, antara tahun 1990 dan 1992, daripada jumlah 22912 penagih dadah yang ditahan, 2856 orang (12.46%) adalah remaja.
Statistik seterusnya adalah bersabit kesalahan akhlak yang amat serius dari kaca mata masyarakat Malaysia, iaitu perbuatan maksiat di kalangan remaja. Menurut Menteri Perpaduan Negara dan Pembanguan Masyarakat, Datuk Napsiah Omar (Berita Harian, 3 Februari 1992), bilangan remaja yang rosak ahklak masih tinggi. Pada tahun 1988, sebanyak 3978 kes dicatatkan, 4111 kes pada tahun 1989, 3763 kes pada tahun 1990 dan sebanyak 2658 kes sehingga bulan Oktober 1991.
Satu lagi tabiat remaja yang menampakkan potensi untuk menjadi gejala yang sukar dibendung adalah kegemaran mereka membazir masa. Istilah yang popular digunakan kini adalah “budaya lepak”. Satu kajian di dua buah rumah pangsa di Kuala Lumpur mendapati sebanyak 90% remaja kaum Cina terus pulang ke rumah selepas sekolah, sebanyak 72% remaja kaum India berbuat demikian dan hanya 5.8% remaja kaum Melayu pulang ke rumah selepas sekolah (Utusan Malaysia, 11 Mac 1993).
Punca Keruntuhan Akhlak
Daripada data dan statistik yang dibentangkan, terbukti keruntuhan ahklak di kalangan remaja masih pada tahap yang tinggi. Keruntuhan ahklak ini dapat dilihat dari pelbagai sudut. Antara punca yang dikenal pasti adalah seperti berikut;
1. Salah satu faktor yang dikaitkan dengan keruntuhan akhlak remaja adalah penglibatan dalam jenayah. Remaja yang terlibat dalam jenayah bukan sahaja datang daripada keluarga yang miskin tetapi juga keluarga berada, malah segelintir daripada mereka berasal daripada keluarga yang mempunyai latar belakang yang baik.
Justeru, bolehlah dikatakan bahawa punca-punca keruntuhan akhlak yang utama adalah kemerosotan dari segi asuhan, didikan, bimbingan serta kawalan oleh ibu bapa atau penjaga. Selain itu, tekanan hidup, sikap mengejar kemewahan serta penglibatan dalam aktiviti sosial lain menyebabkan ibu bapa dan anak kurang mempunyai masa atau kesempatan untuk bercakap, berbincang, berdamping antara satu sama lain. Malah ada yang jarang bersua muka. Keadaan ini menyebabkan remaja membawa cara hidup sendiri tanpa panduan dan pengawasan ibu bapa.
Keluarga yang terlalu mewah cara hidupnya juga menyebabkan keruntuhan disiplin remaja. Sebagai contoh, ibu bapa yang terlalu memanjakan anak-anak kerap memberikan wang saku yang terlalu banyak. Perbuatan ini menyebabkan mereka mudah dipengaruhi oleh remaja lain yang bersuka-suka. Kesan pergaulan bebas dan terpengaruh dengan rakan-rakan sebaya yang rosak akhlak akan memburukkan lagi keadaan. Juga sikap ibu bapa yang tidak mengambil berat tentang kelakukan dan pergaulan anak remaja mendorong pada kerosakkan ahklak. Remaja yang terlalu awal terdedah kepada alam masyarakat yang mempunyai sikap yang kompleks tanpa bimbingan mencukupi daripada ibu bapa juga merupakan salah satu faktor keruntuhan akhlak.
Antara punca-punca lain keruntuhan akhlak yang berkaitan dengan hubungan kekeluargaan adalah alam rumah tangga yang tidak teratur, perpisahan ibu bapa, pertengkaran yang kerap berlaku dalam keluarga, keadaan sosio-ekonomi yang sempit, suasana rumah tangga yang tidak harmonis dan tenteram serta tidak keupayaan pihak penjaga mengawasi pendidikan anak-anaknya boleh juga membawa kepada kancah keruntuhan moral.
Justeru, sebagai ibu bapa dan anggota masyarakat yang bertanggungjawab, kitaseharusnya menjalankan kewajipan dengan merancang aktiviti, mengenal pasti masalah anak, memberi nasihat, pedoman, memberikan kemudahan-kemudahan serta mengawal selia anak sepanjang masa.
2. Pengaruh persekitaran, luaran dan media massa juga sentiasa membentuk perilaku para remaja yang masih mentah dalam menghadapi cabaran hidup. Pelbagai dorongan yang kurang sihat dipaparkan melalui persekitaran ini yang seterusnya menyebabkan mereka terikut-ikut dengan pengaruh ini. Lantaran itu untuk memenuhi keinginan ini, mereka merayau-rayau di pusat-pusat membeli-belah, pusat permainan video dan secara tidak langsung terlibat dalam pergaulan bebas.
3. 3. Pengaruh di sekolah juga penting dalam pembentukkan akhlak remaja. Tekanan yang dihadapi pelajar semasa di sekolah kerana tumpuan terpaksa diberikan dalam akademik serta guru yang kurang profesional dalam menangani masalah pelajar yang bermasalah akhirnya menyebabkan pelajar mengambil jalan mudah untuk keluar daripada masalah itu dengan terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang kurang sihat. Situasi ini didorong oleh kurang perhatian daripada ibu bapa di rumah.
Cara Mengatasi Masalah
Perbincangan mengenai keruntuhan ahklak remaja adalah berkisar isu pelajar remaja. Justeru, strategi mengatasi masalah seharusnya ditumpukan pada golongan remaja ini. Berikut beberapa saranan:
1. Peranan ibu bapa adalah amat penting dalam memberikan perhatian yang serius terhadap anak-anak mereka. Ibu bapa mestilah memperhatikan setiap gerak-geri atau pergerakan anak-anak mereka. Ibu bapa hendaklah sentiasa mengetahui dan mengenal pasti masalah yang dihadapi oleh anak mereka serta sanggup meluangkan masa untuk mengatasai masalah tersebut. Ibu bapa juga seharusnya mengetahui rakan-rakan anak mereka dan sentiasa memastikan anak-anak mereka berkawan dan bergaul dengan mereka yang mempunyai kedudukkan moral yang baik. Selain itu ibu bapa hendaklah menghabiskan sebahagian daripada masa seharian bersama anak-anak mereka dengan memberikan keyakinan, keberanian, mewujudkan sikap positif terhadap masalah, emosi dan keputusan. Selain itu tingkatkan penghayatan anak-anak terhadap agama, nilai-nilai murni, motivasi, melatih anak cara bersopan, prinsip-prinsip akauntabiliti, tepati janji, berketerampilan, menunjukkan keperibadian yang mulia, amanah, sanggup menerima kelemahan diri serta meneroka potensi anak. Ibu bapa hendaklah menjadi role model kepada anak.
2. Pendekatan akademik. Ini boleh dilakukan dengan menambahkan aktiviti-aktiviti berteraskan akademik dan separa akademik seperti kegiatan ko-kurikulum di sekolah. Begitu juga dengan perubahan-perubahan teknik-teknik pengajaran seperti penggunaan komputer, video, bantuan alat pandang dengar dan teknik pengajaran luar kelas.
3. Mewujudkan sistem perundangan di sekolah. Peruntukan undang-undang di peringkat sekolah boleh menimbulkan rasa takut di kalangan pelajar sekolah, di samping mengurangkan beban dan tanggungjawab pihak sekolah dan pihak ibu bapa dalam pengawasan disiplin.
4. Penguatkuasaan Undang-Undang oleh pihak berkuasa seperti polis. Bidang kuasa polis yang sedia ada perlu digunakan oleh pihak pentadbir sekolah dalam mendisiplinkan pelajar-pelajar. Pihak pentadbir hendaklah mengambil kesempatan dengan merujuk masalah pelajar ini kepada pihak polis.
5. Langkah-langkah pencegahan yang bersesuaian hendaklah diadakan seperti kaunseling di peringkat sekolah. Kaunseling di peringkat sekolah adalah penting dalam membantu remaja mengatasi masalah mereka. Program ini akan lebih bermakna sekiranya kaunselor-kaunselor yang berkelayakan dan berpengalaman dilantik dalam memantapkan pelaksanaan dan keberkesanan kaunseling tersebut.
6. Persatuan Ibu Bapa dan Guru (PIBG) perlulah memainkan peranan yang penting. Pertemuan yang lebih kerap antara ibu bapa, penjaga dan guru perlu diadakan khasnya bagi pelajar-pelajar yang bermasalah. Ibu bapa seharusnya menerima teguran daripada guru dengan sikap terbuka dan positif. PIBG jangan lah jadi umpama “KUCING TAK BERGIGI, TIKUS LOMPAT TINGGI-TINGGI”
Kesimpulan
Pelbagai langkah boleh diambil dan dilaksanakan, tetapi apa yang lebih penting: ibu bapa mestilah memainkan peranan dan tanggungjawab dalam mengatasi masalah keruntuhan akhlak di kalangan remaja. Dengan kata lain, walau apapun langkah yang diambil oleh mana-mana pihak, tanpa kerjasama daripada ibu bapa, nescaya gejala ini sukar diatasi.

Tidak ada komentar: