Tengah berngi Simbages

Rabu, 22 Juni 2011

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Menempuh Mata Kuliah Bahasa Indonesia

BAB I
TEKNIK MEMBECA CEPAT

A. Hambatan Membaca cepat
Karena berbagai kemungkinan mencoba berusaha untuk dapat membaca cepat. Berbagai usaha tlah dilakukan tetapi belum berhasil. Padahal setiap orang berpotensi untuk dapat membaca cepat. Ada beberapa kedalahan yang umumnya dilakukan orang ketika membaca cepat, antara lain.
1. Sub Vokalisasi
Kesalahan sub vokalisasi ini dimaksud adalah ketika membaca mulut dan hati sama-sama ikut berujar. Biasanya kendala ini muncul ketika terbiasa mengulang bacaan. Mengeluarkan suara atau membaca dalamhati. Menurut pakar membaca cepat kebiasaan membaca seperti ini disebabkan oleh kesalahan metode yang kita gunakan ketika pada masa kecil belajr membaca.
2. Finger Panting
Kebiasaan membaca menggunakan penunjuk seperti ini merupakan kedalahan dalam membaca yang disebut finger panting. Dalam perkembangan para pakar membaca cepat justru membolehkan teknik membaca cepat menggunakan pointer/petunjuk. Alasannya adalah menggunakan petunjuk atau jari tangan dalam membaca justru dapat meningkatkan konsentras dalam mempercepat proses membaca. Karena dapat langsung mengarahkan mata pada bahan bacaan.
3. Regratio
Secara tidak sadar membaca kadang-kadang mata tertuju poada kata-kata atau kalimat yang suadah di baca. Ada kalanya ketika membaca pikiran kita hal lain di luar isi bacaan. Cara seperti inilah yang dapat berakibat pada peningkatan mata kita tidak konsen pada bahan bacaan kalimat sehingga membaca menjadi lamban. Kebiasaan salah dalam membaca ini disebut regretio.
4. Back Skippin
Ketika membaca secara tidak sadar kadang-kadang kita mengulang-ulang bahan bacaan (kata atau kalimat) sebelum topik bacaan yang dibaca diselesaikan. Cara ini merupakan kesalahn membaca yang disebut back spin. Cara seperti ini dapat mengakibatkan penglihatan mata kita terhadap bahan bacaan menjadi lamban, sehingga sulit melakukan speed reading.

B. Model Membaca Cepat
Sebelum berlatih membaca cepat, kita harus paham beberapa model membaca cepat. Ada tiga model yang dapat digunaskan dalam membaca cepat, yaitu:
1. Model Line by Line
Model line by line atau sering disebut model garis per garis. Membaca model ini kalimat (kata) dalam bahan bacaan secara berurutan. Model ini biasanya digunakan untuk bacaan yang bersifat padat, materi bacaan yang relative baru (masih asing), atau banyak menggunakan kata-kata autu istilah asing.
2. Model Spiral
Model cepat model spiral, ketika membaca bacaan yang dibaca tidak seluruh isi bacaan dibacanya, tetapi dibasca secara gigzag seperti spiral. Penggabungan kata-kata atau kalimat dalam bacaan menggunakan rasio dan pemikiran kita. Sehingga kita menyimpulkan sendiri dari kata-kata kunci yang dibaca.
3. Model Melingkar
Model meligkar atau membaca kaa kunci, pembaca tidak membaca semua kata atau kalimat dalam bacaaan tetapi dicari kata kunci (key word). Kata-kata kunci ini menjadi acuan untuk memahami isi bacaan dan dihubungkan melalui logika dan pemikiran si pembaca. Model ini biasanya digunakan untuk membaca informasi yang sifatnya ringan. Misalnya: Koran, majalah, dl.

C. Teknik Membaca Cepat
Untuk dapat membaca cepat memang perlu teknik tertentu. Secara umum ada dua teknik membaca, yaitu:
1. Teknik Scanning
Teknik membaca scanning adalah membaca suatu informsi dimana bacaan tersebut dibaca secara loncat-loncat dengan melibatkan asosiasi dan imajinasi, sehingga dalam memahami bacaan tersebut kita dapat menghubungkan kalimat yang satu dengan kata-kata sendiri.
2. Teknik Skimming
Teknik membaca skimming adalah membaca secara garis besar (sekilas) untuk mendapatkan gambaran umum isi buku. Teknik ini biasanya dilakukan ketika mencari sesuatu yang khusus dalam teks.

D. Langah Membaca Cepat
Sebelum melatih membaca, perlu dipahami beberapa langkah membaca cepat, yaitu:
1. Langkah Pertama adalah Persiapan
Tahap Persiapan ini dimulai dengan memembaca judul-judul yang ditafsirkan dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah dialami. Hubungan penglaman atau wawasan dengan judul bahan bacaan yang akan dibaca. Kemudian yang perlu diperhatikan lagi yaitu huruf cetak tebal atau huruf miring. Huruf yang dicetak berbeda inimelambangkan kata atau kalimat penting dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya adalah membaca aleniaawal dan akhir.
2. Langkah Kedua adalah Pelaksanaan
Jika telah melaksanakan tahap persiapan, maka sudah dapat membayangkan gabaran umum isi bacaan dalam buku yang akan dibaca. Selanjutnya dapat melalui mambaca cepat dengan menggunakan dua tenik yaitu scaning dan skimming.

E. Latihan Membaca Cepat
Untuk menguasai ketrampiulan membaca cepat, perlu adanya:
1. Melatih Otot Otak Mata
Otot mata dapat dilakukan dengan gerakan bola mata dalam keadaan.
2. Melatih Pheripel Mata
Melatih pheripel mata dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti gerakan petunjuk de depan mata. Tujuannya agar mata dapat menggeleng-gelengkan kepala. Karena jika menggelengkan kepala bakal dapat mengganggu atau menghambat membaca cepat.
3. Melatih Pernafasan
Melatih pernafasan dapat dilakukan dengan cara terik nafas panjang keluarkan secara perlahan.

BAB II
FRASE, KLAUSA, Dan KALIMAT

A. Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua buah kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu;
a. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi klausa yaitu: S, P, O, atau K.
Macam-macam frase:
a. Frase Endosentrik
Frase endodentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik yang dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Frase Endosentrik yang Koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek
Laki bini
2. Frase Endosentrik yang Atribiutif, yaitu frase yang terrsiri unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: Perjalanan panjang
3. Frase Endosentrik yang Apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh
b. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tifak mempunyai distribusi yang samadengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1 A sedangkan bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidek mempunyai distribusiyang sama dengan unsurnya.
Ketidaksamaan tidak dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1 A sedang bergotong-royong di ….
Siswa kelas 1 A sedang bergotong royong …. Kelas
c. Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1. Frase Nominal: frase yang memiliki distributive yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit.
2. Frase Verbal: frase yeng mempunyai distributive yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar.
3. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping.
4. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sode.
5. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa.
d. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbnaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancangan busanan wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancangan busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancangan yang menciptakan moel busana untuk wantia.

B. Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memiliki potensi untuk menjadi kalimat.
Unsur inti klausa adalah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1. Berdasarkian unsur intinya.
2. Berdasarkan ada tidaknya kata negative yang secara gramatik menegatifkan predikat.
3. Berdasarkan kategoti kata atau frase yang menduduki fungsi predikat.

C. Kalimat
a. Pengertian.
Kalimat adalah satuan bahasa dari dua kata atau lebihj yang mengandung pikiran yang lengkap dan punya pola intonasi akhir.
Contoh: Ayah membaca koran di teras belakang.
b. Pola-pola Kalimat.
Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.
1. Pola Kalimat I = kata benda-kata kerja
contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.
Pola kalimat I disebut kalimat Verbal.
2. Pola Kalimat II = kata benda-kata sifat
contoh: Anak malas. Gunung tinggi.
Pola kalimat II disebut pola kalimat atributif.\
3. Pola Kalimat III = kata benda-kata benda
contoh: Bapak pengarang. Paman guru.
Pola piikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja Bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.
4. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial
Contoh: ibu ke pasar. Ayah dari kantor.
Pola kaimat IV disebut kalimat adverbal.

D. Jenis Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kaila\t 9subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satuatau lebih unsu-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah Merokok
Adik minum susu
Ibu menyimpan uang di dalam laci S-P
S-P-O
S-P-O-K


2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kamimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih . Kalimat majemuk dapat terjadi dari:
a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-hbagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satui atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat unggal)
Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.
(subejek pada kalimat pertama diperluas)
b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menuluis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca Koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan bapak membaca Koran.
Berdasarkan sifat hubungnnya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kelimat majemuk campuran.
1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasnanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagi pula, dan sebagainya.
Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.
b. Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Misalnya: bapak minum the atau bsapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Misalnya: Dia sangat rajin, tetapiu adiknya sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti subjek.
Misalnya: Diakuinya hal itu
P S
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu.
anak kalimat pengganti subjek
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.
Misalnya: Katanya begitu
Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhjkan gelas itu.
anak kalimat pengganti predik
c. Kaimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.
Misalnya: Mereka sudah Mengetahui hai itu
S P O
Mereka sudah mengetahuio bahwa saya mengambilnya.
Anak kalimat pengganti objek
d. Kaliumat majemuk bertingkat dengan anak kaliamat pengganti keterangan.
Misalnya: Ayah pulang malam hari
S P K
Ayah pulang ketika kami makan malam
Anak kalimat pengganti keterangan
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat mejemuk campuran adalah kalimat majmuk hyasi perluasan atau hasi gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tida pola kalimat.
Misalnya: ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan menggunakan kendaraan roda empat.
Ketika ia duduk minum-minum
Pola atasan
Dan seorang pemuda berpakaian bagus
Pola bawahan I
Datang menggunakan kendaraan roda empat
Pola bawahan II
3. Kalimat Inti,kalimat luas, dan transformasi
a. Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti kalimat.
Ciri-ciri kalimat inti:
1) hanya terdirti atas dua kata
2) kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat
3) tata urutannya adalah subjek mendahului predikat.
4) Intonasinya adalah intonasi “berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahamn atau pergeseran makna laksikalnya.
b. Kalimast Luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-katabaru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.
c. Kalimat Transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun kalimat transformasi belumtentu kalimat luas.
Contoh kalimat inti, luas, dan transformasi.
a. Kalimat inti. Contoh: Adik menangis
b. Kalimat luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
c. Kalimat Transformasi, contoh
 Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlahinti, sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
 Dengan pengambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan merengek kepada ayah untuk dibelikan computer.
 Engan peruahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.
 Dengan perubahan intonasi. Ontoh: Adik menangis?
4. Kalimat Mayor dan Minor
a. Kalimat mayor
Kalimat mayor adalah kjalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.
Contoh: Amir mengambil buku itu.
Arif ada di laboratorium.
b. Kalimat Minor
Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Diam!
Sudah Siap?
Pergi!
Yang baru!
Kalimat-kalimat di atas mengandung datu unsur inti atau unsur pusat.
Contoh: Amir mengambil.
Arif ada .
Karena terdapat dua inti, kalimat tersebut disebut kalimat mayor.

5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atauy penulis secara singkat, jelas, dan tepat.
Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemiulihan akata-kata.
Tepat : sesuai dengan kaidah yang berlaku.
6. Kalimat Tidak Efektif
Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada kalimat efektif.

7. Sebab-sebab ketidakefektifan Kalimat
1. Kontaminasi= merancukanm 2 struktur benar I struktur salah.
Contoh :
Diperlebar, dilebarkan diperlebarkan (salah)
Memperkuat, menguatkan memperkuatkan (salah)
2. Pleonasme=berlebihan, tumpang tindih
contoh:
para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
para bapak-bapak (baapak-bapak sudah jamak)
3. Tidak memiliki subjek
contoh:
buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. Adanya kata depan yang tidak perlu
contoh:
perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat.
5. Salah nalar
contoh:
waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
6. Kesalahan pembetukan kata
contoh:
mengenyampingkan seharusnya mengasampingkan
7. Pengaruh bahasa asing
contoh:
Rumah dimana ia tinggal… (the house where he lives…) (seharusnya tempat)

8. Pengaruh bahasa daerah
contoh:
spada hadir. (Jawa: wes padha teka) )(seharusnya sudah hadir)

E. Konjugasi
Kojugasi antarklausa, antarkalimat, dan antarparagraf.
Konjugasi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan bagian-bagian kalimat, menghubungkan antarkalimat, antarklausa, antarkata, dan antarparagraf.
1. Konjugasi antarklausa
a. Yang sederajat: dan, atau. tetapi, lau, kemudian.
b. Yang tidak sederajat: ketika, bahwa, karena, merkipun, jika, apabila.
2. Konjugasi antarkalimat: akan tetapi, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.
3. Konjugasi antarparagraf: selain itu, azdapun, namun.

DAFTAR PUSTAKA


Alsjahhana, S. Takdir. 1960. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Djakarta: Pustaka Rakyat.
Arifin, Zaenal E. 2006. Cerat Bahasa Indonesia. Jakarta: Akaedika Preinda
Chaer, Abdul. 2003. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
http://indonesia.wordpress.com/bahasa-bahas/frase-klausa-dan-kalimat/
kencono, Desy Retno. 1992. Apresiasi Bahasa Indonesia. Surabaya: Kendang Sari.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende, flores: Nusa Indah.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah bahasa Indonesia, mungkin masih ada kesalahan dan kekurangannya. Tugas pembuatan makalah ini dibuat sebagai tugas mandiri pendidikan Bahasa Indonesia.
Kritik dan saran dari semua pihat terutama pada rekan-rekan yang membaca yang sifatnya membangun kami terima dengan senang hati dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulisan malah ini sehingga makalah ini terselesaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Metro, Desember 2009

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFAR ISI iii
BAB I TEKNIK MEMBACA CEPAT 1
A. Hambatan Membaca Cepat 1
B. Model Membaca Cepat 2
C. Teknik Membaca Cepat 3
D. Langkah membaca Cepat 4
E. Latihan membaca cepat 5
BAB II FRASE, KLAUSA, DAN KALIMAT 6
A. Frase 6
B. Klasusa 8
C. Kalimat 9
D. Jenis Kalimat 10
E. Konjungsi 18
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar: